Sabtu, 14 Agustus 2010

Islam, Agama yang Aneh

Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang lelaki tua yang sudah lanjut usia. Ia mengatakan padaku bahwa islam adalah agama "rahmatan lil'aalamiin". Bahwa islam adalah agama yang tak mengajarkan kebiadaban, kekerasan, apalagi kekejian. Islam adalah solusi, islam adalah segalanya. Lantas saya mempertanyakan situasi islam yang kian dipojokkan di mata dunia. Islam telah kian hancur namanya di mata publik. Media massa telah berhasil mencuri hati publik untuk mengklaim keburaman islam.

Lelaki itu hanya memberikan senyum padaku, "banyak-banyaklah belajar! Islam bukan untuk kau perdebatkan, islam untuk kau pelajari lantas kau aplikasikan ilmu-ilmu yang telah kau fahami. Sederhana, bukan?"

Saya tak berhenti sampai sana, sehingga saya harus terus bertanya pada beliau. "Abah ini bagaimana, dalam situasi islam sedang terpojokkan, apalagi islam telah menajdi menghitam, masihkah saya harus memperlajari islam? Sedangkan dunia sudah tak percaya akan konsep "rahmatan lil'aalamin"nya islam?"

Abah, lelaki lansia itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Islam adalah prinsip keselamatan bagi manusia yang berada di muka bumi ini. Kau tak usah terpengaruh oleh pandangan orang lain tentang islam. Tugasmu adalah istiqamah menjalani hari-harimu untuk islam."

Saya masih belum puas. "Bagaimana mau beristiqamah untuk islam, sedangkan konsepnya saja sudah tidak diterima banyak pihak? Saya ingin memeluk islam karena benar-benar "rahmatan", bukan menyusul ibu dan ayah, Bah. Tolong jelaskan mengapa dunia mengklaim islam agama yang non-toleran? Agama yang menakutkan? Agama yang mengerikan dan menutup celah cahaya matahari?"

Sambil bangkit, Abah memetik bunga mawar yang harum semerbak. Saya tak mengerti dengan sikapnya. Apakah ia telah memulai masa pikunnya dengan pertanyaan-pertanyaanku yang membuatnya ingin marah dan geram. Bunga mawar yang Abah ambil itu segera ia celupkan ke dalam ember yang berisi cairan. Awalnya saya tak tahu bahwa cairan itu berbau busuk. Busuk sekali. Mungkin jika anda menciumnya, mungkin anda akan sama seperti saya, ingin berlari dan muntah-muntah. Beberapa lama kemudian Abah menarik kembali bunga mawar yang harum dan telah menjadi bau itu. Abah mendekatkannya pada hidungku.

"Apakah kau masih ingin mengatakan bahwa bunga mawar di dunia ini bau? Setelah Abah mencelupkannya satu kali di ember ini?"

Jujur, saya tak bisa menjawab pertanyaan Abah yang menghujam itu.

"Itulah islam yang terjadi sekarang ini. Ia harum, tapi ada banyak orang yang mencoba mencelupkannya ke ember kebinasaan. Tapi, Abah tak akan pernah mengatakan bahwa islam binasa. Sampai kapan pun. Karena, prinsipnya islam adalah "rahmatan lil'aalamin", sama seperti bunga mawar merah yang harum dan indah itu. Walau dicelupkan ke dalam ember, tetaplah bunga mawar di mana pun ia tumbuh akan harum."

Perbincangan ini sederhana mengajarkanku betapa islam memang konsep luar biasa untuk keselamatan kita sekarang dan di masa yang akan datang, yang kita tidak tahu kapan ia akan menghampiri kita. Saya diyakinkan Abah, bahwa islam harus tetap berada di genggaman tangan, karena suatu waktu islam akan menjadi bara api yang sangat panas untuk dipegang, karena semakin banyak orang menghujat dan mengasingkannya. Maka, baginda Rasulullah saw. tak salah menyebut orang-orang yang istiqamah pada prinsip islam adalah orang-orang "asing".

Islam yang mulai menghangati relung jiwaku,
Irvan Nasily

Tidak ada komentar:

Posting Komentar